DIARY ANAK SEKOLAHAN 1
Haaahhh...
Melihat
bintang adalah hal yang terindah. Merasakan kebebasan di luar ruangan dan
tenang bersama angin yang bertiupan, rasanya sangat melegakan.
Sejenak
kebaringkan tubuh ringanku ke atas lantai biru yang berkilauan karena terpantul
sinar lampu, dan mencoba mengatur napas. Lalu perlahan menutup kedua mata. Aku
tiba-tiba melihat hari-hari lelahku ini, meskipun aku tahu aku tak boleh
mengeluh, namun aku hanya ingin bercerita dan mengeluarkan apa yang menjadi
beban pikiranku selama ini.
Setiap
hari bergumam dengan setumpuk meteri pelajaran, tugas dan ujian sekolah. Dan
apa boleh buat, aku harus tunduk. Belajar setiap hari, atau hanya saat ada PR,
atau... ketika akan ulangan harian atau tes pertengahan sampai akhir. Anehnya
pelajaran itu sudah sering aku jumpai, namun tetap saja ada tambahan-tambahan
yang membuatku ekstra keras untuk mempelajarinya. Mungkin karena memori otak
yang terlalu cepat memproses, jadi banyak juga materi yang ikut keluar.
Meskipun aku cukup cepat dalam memahami materi, tetap saja aku hanya manusia
biasa yang memiliki titik kejenuhan. Apalagi tanggungjawabku dalam kegiatan
ekstra, yang seolah-olah memaksaku untuk menjadi tumpuan mereka. Setiap hari
terbayang-bayang dengan tanggung jawab besar itu. Jujur aku merasa terbebani,
namun itu juga tanggung jawab yang memang harus dipikul.
Apalagi
ketika ujian atau ulangan, belajar matia-matian, siang hinga malam dan malam
hingga siang. Mata hingga sembab, otak bekerja dengan cepat dan keras hanya
untuk belajar.ya, semua memang terbayar dengan nilai yang memuaskan dan bagus,
namun ketika satu saja tak memenuhi target, rasanya otak ini akan pecah. Dalam
pikiran hanya, “Bagaimana ini, apa kata orang tuaku?, kekecewaan seperti apa
yang akan mereka lemparkan padaku.” Seolah-olah kami diperbudak dengan nilai. Aku tahu, sekolah memang untuk
mencari ilmu dan bukannya untuk mencari nilai. Namun, sama saja jika menerima
angka seperti ini yang membuatku pusing. Apalgi sifatku yang sulit menerima kegagalan,
membuat mudah down jika harus
menerima hasil yang kurang memenuhi targetku.
Aku
juga tahu, ini semua memang penting bagi masa depan dan cita-cita yang mau aku
wujudkan. Prestasi dan prestasi, yang aku cari dan butuhkan. Belajar dan
tanggung jawab, memang yang harus dilakukan.
Tetapi,
apa ini yang harus terjadi, memang beban dalam pikiran. Diperbudak dengan
capaian nilai yang tinggi dan bagus. Kapan sekolah dicari untuk ilmu dan tidak
lagi diperbudak nilai. Aku aku, nilai menjadi ukuran dan cara untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan yang dimiliki. Namun, bukan dengan mengeksploitasi otak
dan hati untuk selalu terbebani.
Komentar
Posting Komentar