Kunci jawaban IPS sejarah Indonesia halaman 70-74
Tugas
IPS Sejarah Indonesia
1. Mengidentifikasi
peninggalan Hindu-Budha hal 70-74
2. Jelaskan tentang masuknya budaya India!
3. Jelaskan pertumbuhan
dan perkembangan budaya hindu – budha!
4.
Jelaskan tentang jaringan
perdagangan Nusantara masa hindu – budha! Menjelaskan hubungan kebudayaan yang
ada saat ini dengan kebudayaan masa hindu – budha, bentuk –bentuk akulturasi
budaya, dan bukti – buktinya?
5. Menjelaskan tentang
hikmah yang dapat di ambil
dari mempelajari masa hindu – budha!
Jawaban
:
1.
Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang
terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah
kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat
Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa
ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an
Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau
kuil Buddha terbesar di dunia,[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha
terbesar di dunia


Sriwijaya
(atau juga disebut Srivijaya; Jawa: ꦯꦿꦶꦮꦶꦗꦪ;
Thai: ศรีวิชัย
atau "Ṣ̄rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah
berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan
daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.[1][2]
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau
"gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau
"kejayaan",[2] maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang
gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari
abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi
Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.[3][4] Selanjutnya prasasti yang
paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti
Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.[5] Kemunduran pengaruh Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan[2] di
antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya
tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.[6]
![]() |



Ramayana
terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan
gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin
ini.
Dalam
bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan
kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.
Di
India dalam bahasa Sanskerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda
sebagai berikut:
1. Balakanda
2. Ayodhyakanda
3. Aranyakanda
4. Kiskindhakanda
5. Sundarakanda
6. Yuddhakanda
7. Uttarakanda
2.
Pada mulanya hubungan antara Indonesia dengan India dalam bentuk hubungan
dagang. Hubungan ini kemudian berkembang menjadi hubungan agama dan budaya.
Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia tidaklah berasal dari satu
tempat atau daerah di Indonesia. Kita tidak mengetahui secara pasti agama mana
yang mula-mula datang ke Indonesia. Tetapi pada masa sekitar permulaan tarikh
masehi di Indonesia telah dikenal agama Hindu dan Budha. Pada mulanya agama
Hindu yang berkembang dan mempunyai banyak pengikut di Indonesia. Sebenarnya
agama Budha juga sudah masuk namun belum berkembang. Hal ini terbukti dari
agama yang dipeluk oleh raja Mulawarman dari Kutai dan raja Purnawarman dari
Tarumanegara, yakni agama Hindu.Seorang pengembara Cina bernama Fa-shien
menyebutkan bahwa agama Budha di Ye-po-ti (Pulau Jawa) tidak banyak. Pada tahun
414 Masehi, Fa-shien datang ke Pulau Jawa karena perahu yang ditumpanginya dari
India mengalami kerusakan. Ia kemudian tinggal menetap untuk beberapa waktu di
Indonesia. Dia mempelajari kehidupan bangsa Indonesia ketika itu dan
mencatatnya. Disebutkannya bahwa kehidupan pemeluk agama Hindu dan Budha telah
dapat hidup berdampingan secara damai. Setelah hidup berdampingan selama
berabad-abad terjadilah sinkretisme (perpaduan) antara kedua agama tersebut.
Hasil sinkretisme ini kemudian menumbuhkan suatu aliran baru yang disebut
Siwa-Budha. Agama ini berkembang pesat pada abad ke-13 Masehi. Penganut aliran
agama ini, antara lain raja Kertanegara dan Adityawarman. Meskipun unsur budaya
India mempengaruhi budaya Indonesia, tetapi budaya Indonesia tidak kehilangan
kepribadiannya. Dalam perkembangannya, pengaruh itu mewujudkan budaya Indonesia
baru yang coraknya masih terlihat sampai sekarang.Melalui para pedagang itulah
agama dan budaya India disebarkan kepada masyarakat Indonesia. Para pedagang
dari India yang beragama Hindu-Budha banyak bermukim di kota-kota pelabuhan.
Bahkan, banyak di antaranya yang hidup menetap dan menikah dengan penduduk
pribumi. Perkawinan dan permukiman tersebut kemudian mempercepat proses
penyebaran agama dan budaya India. Sejak abad ke-7 agama Hindu-Budha mencapai
perkembangannya di Indonesia.
3.
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak
diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik)
yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Awal abad
Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi
beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina
dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam
perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah
kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal
inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya
Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu -
Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para
ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu - Budha atau
kebudayaan India ke Indonesia.Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia,
terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaitu antara lain:
1.Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh
Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia
adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan
politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang
terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di
Indonesia.
2.Hipotesis Waisya, diutarakan oleh
Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum
pedagang yang datang untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang
menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
3.Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh
J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum
Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi
kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan
Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama
Hindu ke Indonesia.Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu
karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan
bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci
Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut
kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut.Disamping pendapat /
hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan
Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini.
4. Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh
FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses
penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Menurutnya penyebaran
budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan
terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran
yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:
a. Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta
Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia
melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan
selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar
agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa
sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India.
Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India
tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini
dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India
masih menunjukan ciri-ciri Indonesia.
b. Kedua, proses penyebaran kedua
dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut
aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus
mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi
Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat
melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorang.
Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut
Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa
masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah
namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
Untuk agama Budha diduga adanya misi
penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2
Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya
penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia
antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat
ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari
abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam
Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
4. Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara
sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan perkembangan rute
perdagangan dalam setiap masa yang berbeda - beda. Jika pada masa praaksara
hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia dari Asia
Tenggara Daratan. Pada masa perkembangan Hindhu-Buddha di Nusantara terdapat
dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat
daya. Keduanya merupakan dua kekuatan super power pada masanya dan pengaruhnya
amat besar terhadap penduduk di Kepulauan Indonesia. Bagaimanapun, peralihan
rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan
suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasikan ke dalam
jalinan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka menjadi penting sebagai
pintu gerbang yang menghubungkan antara pedagang-pedagang Cina dan
pedagang-pedagang India.
Karena para pedagang lebih memilih jalur laut, yang
paling strategis bagi kedua negara (India-China) adalah melalui selat Malaka,
akibat dari seringnya aktifitas di selat Malaka banyak pula pedagang dari kedua
negara singgah di pelabuhan-pelabuhan yang ada di selat Malaka, kebanyakan pula
dari meraka ada yang menetap. Lambat launpun selain mereka memperdagangakan
hasil negerinya, para pedagang juga membawa kebudayaan dan juga agama yang
mereka anut dan percayai.

Hubungan kebudayaan dan akulturasinya:

Hubungan kebudayaan dan akulturasinya:
Orang India
menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta
dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada
abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada daerah
yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai tempat
persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan perdagangan
sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk
pedagang India. Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada
berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia
yang akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di
Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb.
Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya pra
sejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu
jalur maritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut
kemudian lebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan
manik-manik berbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf
Brahmi.
Kebudayan
Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur perdagangan
antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Hubungan perdagangan
Indonesia-India jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan
Indonesia-Cina. Dimana hubungan perdagangan Indonesia India telah terjalin
sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi
proses penyebaran kebudayaan. Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan:
- Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
- Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan
- Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zaman sejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesia
- Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.
Kebudayaan
India yang memegang peranan penting dalam perkembangan masyarakat prasejarah
menjadi masyarakat sejarah. Pengaruh Indonesia yang sampai India : Perahu bercadik
milik bangsa Indonesia mempengaruhi penggunaan perahu bercadik di India Selatan
(Menurut Hornell). Kelapa asli dari Indonesia yang dijadikan barang perdagangan
hingga samapai di India. Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat dengan
adanya:
Arca Buddha
dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang memperlihatkan langgam seni
Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM). Selain itu ditemukan arca sejenis
di daerah Jember, Jawa Timur, dan daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan.
Ditemukan arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca Gunahasa, di India
Utara. Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam
bidang:
Budaya
Pengaruh
budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di
Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam
kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah
diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh
kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
Seni
bangunan
Akulturasi
dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi
merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi
selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk
tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai
tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
- Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
- Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan
- Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas
makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan
perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara
fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di
Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah
punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang. Contoh ini
dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.
Seni rupa
dan seni ukir
Akulturasi
dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang
dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan
pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga
terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula
relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan
nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
Seni hias
Unsur-unsur
India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan
secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia. Contoh
hiasan : gelang, cincin, manik-manik.
Aksara/tulisan
Berdasarkan
bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa
bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf
Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak
prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di
Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang
dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang
ada di Malang.
Kesusastraan
Setelah
kebudayaan tulis, seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra
berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin.
Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan
isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur),
kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang
bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah,
seperti Negarakertagama. Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di
Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian
digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh
Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang
bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan
wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan
wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam
pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli
Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia
seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini
tidak ditemukan di India.
Pemerintahan
Sebelum
kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan
tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau
daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku.
Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif,
berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam
bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya
pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan,
yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia
berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan
segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah.
Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh.
Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.
Sosial
Kehidupan
sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini
dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang
datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi
bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh
India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para
pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan
menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial
masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong. Dalam
perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan
berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)
Kepercayaan
Sebelum
pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki
kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar
(animisme dan dinamisme). Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan
berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur
kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur
dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di
Indonesia.
5. 1. kita bisa tahu
proses masuknya agama hindu budha islam ke indo,
2. kita bisa tahu bagaimana berkembangnya,
3. lalu bagaimana cara mengajarkannya,
lalu ke wilayah mana saja ajaran agama tersebut diajarkan , kita bisa
tahu mengapa masa hindu budha dan islam masih ada sampai sekarang .
Komentar
Posting Komentar